TRENDING
Showing posts with label penguatan iman. Show all posts
Showing posts with label penguatan iman. Show all posts

10 Jun 2017

Ibadah Sia-sia dan Murni

www.renunganhariankristen.com
www.renunganhariankristen.com

Kemarahan merupakan unsur yang sering terlibat dalam konflik hubungan antar manusia. Bahkan, bagi beberapa orang kemarahan merupakan masalah yang serius dalam hidupnya dan harus mendapat perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh.
Pertengkaran sering dimulai dari komunikasi yang buruk. Kemampuan mengelola kemarahan harus dimulai dari kemampuan mengendalikan lidah. Yakobus menyarankan agar kita mengurangi kecenderungan kita untuk cepat mengeluarkan kata-kata, dan sebaliknya belajar menjadi pendengar yang baik.
Bagi orang percaya, mengendalikan lidah bukan hanya masalah etika melainkan merupakan salah satu wujud melakukan firman Tuhan. Bila kita menerima firman Tuhan, meneliti, dan melakukannya maka seharusnya kita juga mampu mengekang lidah kita. Bahkan bagi Yakobus, ketidakmampuan mengekang lidah menjadi tanda suatu ibadah yang sia-sia. Mereka yang pernah sakit hati oleh perkataan kita tentu juga akan memberikan cibiran yang senada, “Percuma rajin ke gereja kalau perkataannya selalu menyakiti orang lain”. Ibadah yang murni ditandai dengan mempraktekkan firman Tuhan dalam kehidupan kita.
Kapan dan kepada siapa Anda melontarkan kata-kata pedas yang membangkitkan kemarahan orang lain? Apapun alasannya, mintalah pengampunan dari Tuhan, jikalau perlu lakukan pemberesan dengan orang tersebut!
Mintalah kekuatan agar Anda dapat memakai lidah Anda mengeluarkan perkataan yang baik dan membangun orang lain! [GKBJ – Renunganhariankristen.com]

Note: artikel ini telah dipublikasikan terlebih dahulu oleh Renunganhariankristen.com

30 Apr 2014

Rencana Tuhan Indah Pada Waktunya

Ada seorang anak laki-laki yang berambisi menjadi seorang jenderal Angkatan Darat. Anak itu pandai dan ia selalu berdoa kepada Tuhan agar impiannya suatu saat nanti akan menjadi kenyataan.


Sayangnya, ketika dirinya hendak bergabung dengan Angkatan Darat, ia ditolak karena memiliki telapak kaki yang rata. Setelah berulang kali berusaha, ia kemudian melepaskan mimpinya dan mulai menyalahkan Tuhan karena tidak menjawab doanya. Ia merasa kalah dan memiliki rasa amarah yang belum pernah dimiliki sebelumnya.


Ia tahu bahwa Tuhan ada, namun kini dia tidak mempercayai-Nya lagi sebagai seorang sahabat. Ia tidak pernah lagi berdoa atau melangkahkan kakinya ke gereja. Ketika orang-orang berbicara tentang Tuhan yang Maha Pengasih, maka ia akan mengejek dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan rumit yang akan membuat orang-orang kebingungan.


Ia kemudian memutuskan untuk masuk perguruan tinggi dan menjadi dokter. Setelah beberapa tahun kemudian, dia menjadi seorang ahli bedah yang handal dan terkenal. Sekarang semua pasiennya yang tadinya tidak memiliki kemungkinan hidup lagi, kini mempunyai kesempatan untuk hidup yang baru. Selama bertahun-tahun, ia telah menyelamatkan banyak nyawa, baik anak-anak maupun orang dewasa. 

Ketika dirinya tidak lagi muda, ia melatih para ahli bedah lainnya sehingga lebih banyak lagi jiwa yang diselamatkan.


Pada suatu hari ia meninggal dan pergi menjumpai Tuhan. Di tempat itu, pria tersebut bertanya kepada Tuhan mengapa doa-doanya tidak pernah dijawab, dan Tuhan berkata, "Pandanglah ke langit, anak-Ku, dan lihatlah impianmu menjadi kenyataan."


Di sana, ia dapat melihat dirinya sendiri sebagai seorang anak laki-laki yang berdoa agar bisa menjadi seorang prajurit. Ia melihat dirinya masuk Angkatan Darat dan menjadi prajurit. Dirinya menjadi sombong dan ambisius yang seakan-akan berkata bahwa suatu hari nanti ia akan memimpin sebuah resimen. Ia kemudian dipanggil untuk bertempur dalam suatu perang dan berada di garis depan. Di posisinya tersebut, sebuah bom jatuh dan membunuhnya. Ia dimasukkan ke dalam peti kayu untuk dikirimkan kembali kepada keluarganya. Semua ambisinya hancur berkeping-keping saat orang tuanya menangisi kepergiannya.


Lalu Tuhan berkata, "Sekarang lihatlah bagaimana rencana-Ku telah terpenuhi sekalipun engkau tidak setuju." Sekali lagi ia memandang ke langit. Di sana ia memperhatikan kehidupannya. Hari demi hari, ada begitu banyak nyawa yang telah diselamatkannya. Ia melihat senyum di wajah pasiennya dan di wajah anggota keluarganya. Kehidupan baru telah diberikan Tuhan kepada mereka melalui dirinya dengan menjadi seorang ahli bedah.


Kemudian di antara para pasiennya, ia melihat seorang anak laki-laki yang juga memiliki impian yang sama dengan dirinya untuk menjadi seorang prajurit, namun sayangnya dia terbaring sakit. Ia melihat bagaimana ia telah menyelamatkan nyawa anak laki-laki itu melalui operasi bedah yang dilakukannya. Hari ini, anak laki-laki itu telah dewasa dan menjadi seorang jenderal. Pria tersebut telah menyelamatkan nyawanya.


Pada hari itu, ia tahu bahwa Tuhan ternyata selalu berada bersama dengannya. Ia mengerti bagaimana Tuhan telah memakainya sebagai alat-Nya untuk menyelamatkan banyak jiwa dan memberikan kesempatan kepada seorang anak laki-laki yang ingin menjadi prajurit.


Sumber : renungan-harian.com

1 Aug 2013

Surat Dari Tuhan: Aku Menjawab Doa

Anak-Ku Tercinta,

Apakah Aku akan memberimu segala hal yang kamu minta? Nah, menjawab dia merupakan urusan-Ku. Sejumlah orang mengatakan," Berhati-hatilah dengan yang kamu doakan, karena itu bisa terjadi." Kukatakan, "jika kamu berdoa sesuai dengan yang Kuinginkan, maka akan terjadi."

Sekarang janganlah datang kepada-Ku dengan doa yang meminta jagat raya bisa muat di dalam sarung tangan base ball mu atau menginginkan semua mobil yang ada di Amerika. Jadilah realistis. Tetapi jika ada sesuatu yang ingin kamu minta kepada-Ku –sesuatu yang tak dapat kamu lupakan- maka doa itu mungkin berasal dari-Ku. Doakanlah kembali kepada-Ku dan percayalah kalau Aku akan menjawabnya.

Ingatlah, Aku dapat melakukan apa pun. Tiada istilah orang yang percaya secara berlebih-lebihan terhadap-Ku. Mintalah saja kepada-Ku.

Sang Pemberi,
Tuhan

Sumber : disadur dari email dari Tuhan (Claire Cloninger & Curt Cloninger)

18 Jun 2012

Doa Pengubah Segalanya

Kekuatan doa begitu kuat, sehingga siapapun dapat membuat perubahan besar, bahkan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Seperti kisah nyata yang dialami seorang kasir wanita bernama Angela Montez. Seorang perampok mendatangi tokonya dan menodongkan pistol tepat dikepala Angela.

Sesuatu yang luar biasa pun terjadi. Seketika Angela berkata kepada perampok itu untuk tidak menyianyiakan hidup dan mengajaknya untuk mulai berdoa. Tidak terduga, perampok itupun berlutut  dan berdoa bersama Angela selama 10 menit. Bahkan mereka berdua berpelukan, sebelum sang perampok melarikan diri.

Angela pun menceritakan sepuluh menit yang mengubah hidup sang perampok dan dirinya sendiri. Ternyata sang perampok adalah tunawisma yang membutuhkan uang untuk hidup. Dengan bersimpuh pada dua lututnya, sang perampok menangis dan meinta maaf. “Bu saya tidak mau melakukan ini. Tapi saya tahu bahwa anda akan segera menelepon polisi. Tapi aku harus melakukan ini,” kata sang perampok.

28 May 2012

Mengayuhlah Terus, Aku Bersamamu

Pada awalnya aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat, seorang hakim yang mencatat segala kesalahanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukkan ke surga atau dicampakkan ke dalam neraka pada saat aku mati. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang raja. Aku tahu Dia melalui gambar-gambar-Nya tapi aku tidak mengenal-Nya.

Namun ketika aku bertemu Yesus untuk pertama kalinya, pandanganku berubah. Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk di belakang, membantu aku mengayuh pedal sepeda.

18 Apr 2011

Jangan Ragukan Kasih Allah


Tidak seperti di malam-malam sebelumnya, Andre menghampiri ayahnya yang sedang menyelesaikan pekerjaan kantor untuk keesokan harinya. Dengan langkah gontai, bocah berusia 7 tahun itu berjalan menuju tempat dimana sang ayah berada.

Sesampainya di ruangan, Andre lalu menangis tersedu-sedu di samping kursi sang ayah. Kaget mendengar tangisan anaknya, sang ayah pun mengangkat badan buah hatinya tersebut dan menaruhkannya di paha kanannya. Dengan nada bicara yang penuh kelembutan, ayahnya menanyakan kondisi Andre.

“Nak, kamu kenapa nangis?,” ujar sang ayah.

Sambil terisak-isak, Andre menjawab pertanyaan ayahnya, “Andre menangis karena ayah gak sayang Andre”.

Mendengar jawaban sang anak, Ayahnya pun kembali melontarkan pertanyaan, “Mengapa kamu bisa bicara seperti itu?”

Andre yang masih menangis berkata, “Hanya perasaan aku saja”

Sang ayah pun tersenyum dan mulai memeluk erat anaknya tersebut, “Andre, andre. Ayah tuh sayang banget sama kamu”

“Apakah selama ini, ayah berlaku jahat sama kamu? Kalau ayah pernah memukul kamu, itu pun kalau kamu berbuat nakal. Ayah melakukan itu bukanlah karena ayah membenci kamu tapi karena ayah ingin kamu sadar dengan perbuatan kamu tersebut”

“Kamu buang-buang jauh perasaan kamu itu. Ingat ya Andre, ayah tuh sangat sayangggg sama kamu,” ujar ayah sambil memeluk erat anaknya itu.

Perlahan tapi pasti, volume tangisan Andre semakin berkurang. Tak menunggu waktu lama, wajahnya kembali sumringah. Andre pun menghadiahkan ciuman ke pipi ayahnya sebagai bentuk tanda ia juga mengasihi ayahnya. Malam itu pun dilalui Andre dan sang ayah dengan tidur bersama di ruang kamar tidur buah hatinya.

Tanpa kita sadari, kita suka melakukan kepada Allah, perbuatan yang seperti apa di oleh Andre kepada ayahnya. Kita menangis dan meragukan kasih setia-Nya ketika keinginan doa-doa kita tidak terkabulkan. Padahal, DIA sudah berulang-ulang kali menunjukkan rasa cinta-Nya kepada kita.

Kematian Tuhan Yesus di kayu salib ribuan tahun yang lalu adalah bukti paling terbesar bagaimana ia begitu menyayangi kita. Jika begini, haruskah kita meragukan kasih-Nya dalam hidup kita?
Sumber : jawaban.com

5 Apr 2011

Jangan Menyerah


Setelah dua tahun mengalami suatu penyakit autoimun langka yang tiba-tiba menyebabkan kebutaan, Lisa Fittipaldi setiap hari bangun pagi, membuka matanya dan berjalan menuju jendela ruang tidurnya. "Dan kemudian,” katanya, “menjadi jelas bagiku, seperti seember es dituangkan ke atas kepalaku, bahwa aku tidak dapat melihat. Aku segera merasa ketakutan.”

Demi memberi semangat kepada Lisa, suaminya, Al, mendorong Lisa untuk menemukan asalan untuk hidup, namun semuanya seperti sia-sia. Hingga di tahun 1995, setelah mempelajar bahwa para ahli psikologi menyarankan seni sebagai terapi depresi, ia membeli seperangkat cat air. “Saya berikan kepadanya dan berkata ‘Aku tak peduli dengan apa yang akan kaulakukan – pokoknya lakukan sesuatu!’” cerita Al. Marah dengan apa yang Lisa sebut ketidakpekaan suaminya, Lisa yang belum pernah melukis sebelumnya membuat sketsa sebuah lukisan dari ingatannya tentang empat botol kaca dengan empat warna. Ia berhasil menangkap indahnya gabar itu dengan ketajaman yang luar biasa.


Al takjub dengan kebangkitan dalam diri Lisa, sehingga ia mendorongnya untuk mendaftar ke kelas pengajaran seni selama dua minggu di Louisiana Tech University di Ruston, Louisiana. Disanalah Lisa belajar tehnik-tehnik dasar melukis begitu juga dengan strategi menghafalkan peralatan lukisnya dan menciptakan garis besar lukisannya. Dengan mengabaikan nasihat orang-orang tentang kebutaannya yang menyarankannya untuk mengambil jalur abstrak, Lisa memilih gaya melukis realis. Gurunya kagum dengan kemampuannya menangkap “semangat batin sejati” dari subjek lukisannya.

Tiga tahun kemudian, suaminya mengisimkan sejumlah karyanya ke beberapa galeri seni, yang akhirnya menarik perhatian Florence Art Galleries di Dallas, Texas. Pada pameran pertamanya, Lisa berhasil menjual ke empat belas lukisannya sehingga merintis jalan keberhasilannya. Lukisannya, terutama cat air dan minya, sekarang ini tergantung di lebih dari tiga puluh galeri di seluruh dunia.

Kisah Lisa Fittipaldi mengingatkan kita bahwa jika Tuhan mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa hidup kita, Ia pasti memiliki rencana yang indah dibaliknya. Untuk itu jangan kita kecewa, marah atau putus asa. Jangan pernah putus asa kepada diri kita sendiri ataupun kepada mereka yang mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya.


Sumber : Dibangunkan Terhadap Takdir; Terry Christ, Immanuel Publishing

4 Jan 2011

Batas


Siapa yang tidak suka bermain? Sejak kecil kita akrab dengan kegiatan bermain. Permainan fisik, misalnya olahraga. Permainan otak yang mendidik. Atau, permainan yang membangun kebersamaan. Semua permainan memiliki aturan main. Ada batas-batas yang mengendalikannya. Lapangan badminton punya garis pembatas. Sepakbola punya batas waktu. Langkah-langkah tertentu membatasi permainan di papan catur. Permainan kelereng pun dibatasi cara bermain yang disepakati bersama. Melanggar batas berarti mengacau permainan, dan akan kena sanksi.

Kitab Yosua sampai pasal 13 mengisahkan bagaimana Israel—dipimpin Yosua—memasuki Kanaan. Bertempur di medan laga. Namun, memasuki pasal 14 dan seterusnya, suasana berubah. Mereka memasuki periode kehidupan yang lain. Tahap yang baru. Saatnya menata kehidupan bersama. Maka, Tuhan menuntun Yosua mengatur batas wilayah bagi masing-masing suku. Dari kehidupan mengembara di padang liar tanpa batas, mereka belajar hidup bersama dalam batas-batas yang harus dihormati di Tanah Perjanjian. Batas-batas itu kelak menentukan hak, warisan, dan pusaka masing-masing. Dan, agar tidak kacau, sejak semula batas-batas sudah ditegaskan dan ditegakkan.

Tuhan mencipta kita dengan banyak aspek hidup yang masing-masing juga ada batasnya. Kehidupan bersama akan berjalan baik hanya jika batas-batas itu disadari, dihormati, dipelihara. Makan ada batasnya. Berbicara ada batasnya, tak asal buka mulut. Bekerja mengenal batas kemampuan, waktu, peraturan. Pergaulan sehat dibatasi kesopanan dan tata susila. Hidup ini seperti sebuah permainan, semua harus bermain dalam batas-batas aturan mainnya.

SUDAHKAH KITA MENYADARI, MENGHORMATI

DAN MEMELIHARA BATAS-BATAS DALAM KEHIDUPAN KITA?

Penulis: Pipi Agus Dhali
 
Back To Top